JAKARTA--Gubernur Lampung dan Kementerian Perhubungan
(Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perkertaapian (Ditjen) sepakat
mulai Tahun Anggaran 2018, memprioritaskan pembangunan jalur shortcut
Rejosari-Tarahan. Dengan demikian, seluruh kereta api (KA) industri
seperti KA Babaranjang, keluar dari Bandar Lampung.
Demikian
kesepakatan Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo dan Direktur
Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan, Prasetyo
Boeditjahjono, pada rapat kerja di Kantor Kemenhub Jalan Medan Merdeka
Barat No.8, Jakarta, Senin (10/7/2017). Rapat diikuti antara lain oleh
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Qudrotul Ikhwan, dan Kepala
Divisi Regional IV Tanjungkarang Suryawan Putra Hia.
Hasil
rapat itu dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman bersama (momorandum
of understanding/MoU) antara Pemerintah Provinsi Lampung (Pemprov) dan
Ditjen Perkeretaapian. Dalam MoU itu, tertuang antara lain percepatan
pembangunan jalur KA Rejorasari-Tarahan dan kewajiban Pemprov Lampung
ikut membantu pembebasan lahan.
Pada
rapat tersebut, Gubernur menyampaikan keluhan warga Bandar Lampung atas
makin tingginya frekuensi perjalanan Babaranjang. Sambil bergurau,
Gubernur menyampaikan jika KA Babaranjang lewat, bisa habis sebatang
rokok untuk menunggunya. "Saya menyampaikan aspirasi warga Bandar
Lampung, agar seluruh KA industri tidak lagi lewat kota," kata Ridho.
Pemprov
Lampung dan Ditjen Perkeretaapian juga sepakat, shortcut
Rejosari-Tarahan, tidak lagi wacana dan rencana, tapi di TA 2018,
benar-benar terwujud di lapangan. Dengan terbangunnya jalur sepanjang 37
km tersebut, nantinya KA Babaranjang tidak lagi lewat di Stasiun Gedung
Ratu, Labuhan Ratu, Tanjungkarang, Garuntang, dan Pidada.
"Seluruh
KA industri tidak lagi memasuki Bandar Lampung. Jadi, dibuatkan jalur
lingkar luar. Lahannya sebanyak mungkin menggunakan lahan yang
dibebaskan tim Jalan Tol Trans Sumatera, agar biaya pembebasan lahan
tidak terlalu besar," kata Gubernur Ridho.
Jalur
KA dalam kota sepenuhnya menjadi angkutan penumpang dengan konsep KA
commuter jalan layang (elevated) antara Garuntang dan Natar sepanjang
8,8 km. "Sehingga kereta api tidak memotong perlintasan kendaraan. Pada
tahap awal tetap memakai rel yang ada. Ke depan jalur ini harus elevated
atau harus naik," kata Gubernur.
Rapat
yang berlangsung 1,5 jam itu juga secara khusus membahas pembangunan
Stasiun Khusus KA Bandara Radin Inten II yang bakal dilaksanakan Balai
Teknik Pengembangan Perkeretaapian Sumbagsel di TA 2018. Stasiun ini
dibangun di seberang Bandara Radin Inten II dan sebagai penghubung
dibangun jembatan atas (sky bridge) sebagai akses dari dan ke Bandara.
Konsep
ini, kata Gubernur, seperti Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera
Utara. "Kebetulan di depan Bandara Radin Inten II ada stasiun, itu
digunakan untuk angkutan penumpang dari Bandar Lampung ke Branti dan ini
termasuk jalur commuter, sehingga para mahasiswa yang ingin kuliah di
sekitar Gedongmeneng, dapat memanfaatkannya," kata Gubernur Ridho.
(Humas Prov)