TANGGAMUS--Reputasi Provinsi Lampung sebagai daerah
surplus cabai harus dipertahankan dengan mengendalikan hama. Salah
satunya, dengan pelatihan aplikasi agen hayati Corynebacterium untuk
menekan perkembangan penyakit antraknosa.
Menurut
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, Edi
Yanto, petani harus menguasai aplikasi ini agar panen maksimal. Salah
satu sentra yang jadi fokus perhatian, kata Edi, yakni Kabupaten
Tanggamus.
Para petani
cabai di Desa Dadapan Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Tanggamus mendapat
bantuan agen hayati sekaligus bimbingan cara mengaplikasikannya pada
Senin (7/8/2017) di lahan pertanaman cabai milik Kelompok Tani Jaya
Mulya I. "Petani diajarkan cara membuat perangkap likat kuning yang
bermanfaat sebagai perangkap bagi hama thrips dan kutu kebul," kata Edi
Yanto, di Bandara Lampung, Kamis (10/8/2017).
Untuk
kesehatan tanaman, kata Edi, diberikan Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR). Petani juga dianjurkan untuk menanam tanaman
refugia di sekitar pertanaman cabai, yang akan menjadi tempat hidup bagi
serangga musuh alami.
Sejak
2014, Lampung dikenal sebagai produsen cabai merah dan cabai rawit
terbesar di Sumatera. Produksinya bahkan surplus dan menyuplai kebutuhan
di Sumatera dan Jawa. Produksi cabai merah pada 2014 tercatat 32.260
ton, sempat turun menjadi 31.272 ton pada 2015, namun naik lagi menjadi
34.821 ton pada 2016.
Untuk
cabai rawit, produksi di 2014 mencapai 15.001 ton. Akibat pengaruh
cuaca sempat turun ke 14.727 di 2014, dan kembali naik ke 15.823 ton
pada 2016. Di 2017, Lampung mengembangkan 710 ha lahan cabai di seluruh
kabupaten/kota. (Humas Prov)